ASEAN Students Visit India (Part 2)
Pune
Pune kalau saya boleh membandingkan dengan kota di Indonesia, ia mirip dengan Kota Malang. Berada di dataran tinggi, bukan kota metropolitan, cenderung lebih tenang dan teratur dibandingkan Kota Mumbai yang macet dan sibuk. Kami berkunjung ke India saat mulai masuk musim dingin, dan karena Pune terletak di dataran tinggi suhunya berada di kisaran 18 – 25 derajat celcius dan bisa lebih dingin saat malam hari. Dari Mumbai menuju Pune memakan waktu sekitar 4 jam dengan bus. Kami mengunjungi dua tempat di Kota Pune yakni Tata Motors dan Symbiosis International School. Tata Motors adalah perusahaan mobil buatan India yang telah berekspansi hingga ke Afrika, Latin Amerika, Eropa, Rusia, Timur Tengah dan negara-negara di Asia. Dan saya baru menyadari saat pulang kampung ke Kota saya di Semarang, ternyata Tata Motors sudah sampai di kota saya. Itu terlihat dari papan iklan besar yang ada di salah satu ruas jalan di Kota Semarang. “Tata Motors kini hadir di Semarang”
Pune kalau saya boleh membandingkan dengan kota di Indonesia, ia mirip dengan Kota Malang. Berada di dataran tinggi, bukan kota metropolitan, cenderung lebih tenang dan teratur dibandingkan Kota Mumbai yang macet dan sibuk. Kami berkunjung ke India saat mulai masuk musim dingin, dan karena Pune terletak di dataran tinggi suhunya berada di kisaran 18 – 25 derajat celcius dan bisa lebih dingin saat malam hari. Dari Mumbai menuju Pune memakan waktu sekitar 4 jam dengan bus. Kami mengunjungi dua tempat di Kota Pune yakni Tata Motors dan Symbiosis International School. Tata Motors adalah perusahaan mobil buatan India yang telah berekspansi hingga ke Afrika, Latin Amerika, Eropa, Rusia, Timur Tengah dan negara-negara di Asia. Dan saya baru menyadari saat pulang kampung ke Kota saya di Semarang, ternyata Tata Motors sudah sampai di kota saya. Itu terlihat dari papan iklan besar yang ada di salah satu ruas jalan di Kota Semarang. “Tata Motors kini hadir di Semarang”
Omooooo...
India is more than
i thought before.
Di Tata Motors
kami diajak berkeliling menggunakan mobil perusahaan untuk melihat-lihat
bagaimana proses perakitan mobil dari mulai mobil sedan hingga truk. Dan
diakhir kunjungan, kami dipertontonkan film dokumenter sejarah berdirinya Tata
Motors.
(Sumber : Dokumen pribadi)
Sedangkan di hari kedua, kami diajak
berkunjung ke Symbiosis International School. Sebuah kampus yang terletak di
perbukitan Kota Pune. Kalau jadi mahasiswa di kampus ini, saya yakin saya akan
bisa berkonsentrasi penuh untuk belajar hehe. Letak kampus cukup jauh dari
hiruk pikuk perkotaan dan para mahasiswa tinggal di asrama. Belum lagi cuaca
yang sejuk dan fasilitas kampus yang aduhai. Sesuai predikatnya yang
internasional, bukan hanya mahasiswa India yang berkuliah disini. Kami bertemu
mahasiswa dari Zambia, Bangladesh, Nepal, dll. Pengajarnya pun ada yang datang
dari Negara Iran.
Pengalaman unik yang saya temui di
Kota Pune adalah ketika kami, delegasi Indonesia, harus latihan untuk cultural
performance. Sebenarnya latihan ini tiap malam diadakan setelah semua kegiatan
kami selesai. Kalau sebelumnya di Mumbai kami latihan di salah satu kamar
delegasi, di Pune karena kamarnya lebih kecil agak susah untuk kami latihan di
dalam kamar. Maka kami pun mencari tempat yang lebih nyaman untuk latihan.
Daaan…. tadaaa kami akhirnya latihan di sebuah panggung outdoor yang menghadap
tempat makan. Sekitar pukul 10:00 malam, musim dingin, walaupun dinginnya masih
wajar sih, kami sahut-sahutan menyanyikan lagu medley dengan lantang di sebuah
panggung outdoor di Hotel Vivanta by Taj. Belum lagi konflik-konflik kecil yang
mewarnai sesi latihan karena semua menginginkan penampilan kita bisa sempurna.
Dan berawal dari Kota Pune lah penyakit pilek saya mulai kambuh sampai dengan
akhir program (cry). Menjadi pengalaman nggak terlupakan sih buat saya.
New Delhi
Kami berangkat ke New Delhi dari
kota Pune menggunakan pesawat Indigo Air. Perjalanan memakan waktu sekitar 2,5
jam menuju bagian tengah Negara India. Kami sampai di New Delhi sekitar pukul
24:00 dan langsung menuju Eros Hotel by Hilton. Di hotel inilah semua negara
ASEAN berkumpul. Kami bertemu dengan delegasi dari Negara Singapura, Thailand,
Vietnam, dan Filipina yang telah melakukan perjalanan ke Kota Bengalore dan
Hyderabad. Pagi pertama di New Delhi, setelah waktu tidur yang sangat sangat
tidak cukup, kami naik bus menuju JCB Construction. Sebuah perusahaan yang
memproduksi alat-alat berat. Kota New Delhi tidak jauh berbeda dibandingkan
Mumbai. Macet, padat, banyak pemukiman kumuh, tapi saya bisa melihat ada banyak
proyek pembangunan dimana mana. Hampir di semua sudut kota. Dari mulai
pembangunan fly over, jembatan, pelebaran jalan, MRT, dll. selain perusahaan
JCB, kami juga berkunjung ke perusahaan Sona Koyo, yang tadinya kami pikir
adalah perusahaan koyo (ups) tapi itu adalah perusahaan yang memproduksi mesin
steer untuk mobil dengan produsen utamanya adalah Tata Motors dan Maruti
Suzuki.
Dan di Kota New Delhi lah pada
akhirnya kami bisa berbelanjaaaa. Kami diajak ke sebuah pasar kerajinan Dilli
Haat dan saya banyak berbelanja baju, kain dan beberapa souvenir untuk teman.
Pada saat ke India kemarin, mata uang Rupee sedang bermasalah. Pemerintahnya
menarik uang rupee pecahan besar sehingga ada ketidakstabilan pada mata uang
Rupee. Akhirnya kami menggunakan debit card yang sudah disediakan oleh panitia
untuk bertransaksi. Agak ribet sih memang, karena nggak semua kios di pasar
menyediakan mesin debit card. But overall I really am enjoying shopping in New
Delhi. Meskipun waktu yang diberikan nggak banyak (dan yang namanya shopping
memang nggak akan pernah cukup sih berapapun waktu yang dikasih hehe). Oya
selain Dilli Haat kami juga mampir ke Khan Market. Kalau ini seperti pusat
perbelanjaan biasa tapi kami banyak menemukan souvenir juga seperti alat tulis,
sepatu ala-ala India, kaos, tempelan kulkas, postcard, perhiasan, dll.
Pasar
kerajinan dan seni Dilli Haat, New Delhi
(Sumber : Dokumen pribadi)
Selain perusahaan dan tempat
perbelanjaan, kami juga diajak ke sebuah situs bersejarah bernama Humayun’s
Tomb. Adalah sebuah makam kaisar
Mughal yang didirikan oleh istri pertamanya dan disesain oleh arsitektur
Persia. Sayangnya kami tiba di tempat tujuan ketika matahari hampir terbenam
sehingga waktu untuk menikmati bangunan bersejarah Humayun’s Tomb serta
kesempatan untuk mengambil foto tidak banyak kami dapatkan.
Perusahaan, pusat perbelanjaan, bangunan bersejarah sudah kami kunjungi.
Selanjutnya kami mengunjungi kampus ternama di New Delhi yakni Amity
University. Kampus ini adalah kampus swasta yang sangaaaat besar dengan
fasilitas komplit. Kami diajak berkeliling ke perpustakaan pusat, studio
penyiaran berita, studio radio kampus, menikmati pertunjukan tari dari para
mahasiswa, dan yang tidak terlupakan, kami diajak ber flash mob bersama dengan
musik India yang terkenal dengan nama Kala Chashma. Musik ini benar-benar khas
India dan goyangannya aduhai membuat kami susah berhenti menari hahaha. Di
kampus ini pula kami banyak mengambil foto karena banyak spot kampus yang instagrammable. Selain Amity
University, sebenarnya kami juga mempunyai jadwal untuk berkunjung ke
Jawaharlal Nehru University (JNU). Tapi karena waktu yang benar-benar terbatas
akhirnya kunjungan ke universitas tersebut di skip.
Amity University, New Delhi
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Keluar dari kampus, kami melanjutkan kunjungan ke Foreign Service
Institute by Ministry of External Affairs India. Kami mengikuti seminar tentang
perekonomian India dan hubungan India dengan negara-negara di dunia selama
kurang lebih satu jam. Disebutkan bahwa
dalam satu dekade ke depan, ambisi India adalah untuk menyaingi perekonomian
China dan membangun hubungan yang lebih erat dengan negara ASEAN termasuk
Indonesia. Selain Foreign Service Institute, kami juga mengikuti seminar di
India Habitat World Center. Sebuah institusi yang menjalankan pergerakan
demokrasi di India dan membawahi Election Comission of India. Kami belajar
mengenai bagaimana India mendidik pelajarnya mengenai pemilu sejak di bangku
SD. Tingkat partisipasi penduduk India dalam mengikuti pemilu pun terus
meningkat dan partisipasi pemuda juga terus meningkat. Dan kunjungan terakhir
kami di New Delhi adalah KBRI. Kami, delegasi Indonesia, berkesempatan untuk
silaturahim ke KBRI India yang saat ini dipimpin oleh Duta Besar Bapak Rizali
.W Indrakusuma. Kami mendapatkan banyak petuah dan nasihat dari Bapak Rizali
tentang apa saja yang bisa kita ambil dan pelajari dari India. Tentang semangat
para pemudanya untuk memajukan bangsa mereka, tentang perkembangan ekonomi
mereka, dan tentang kegigihan mereka dalam mendidik anak bangsanya demi
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Setelah kurang lebih satu jam
kunjungan, kami pun pamit pulang dan kembali ke hotel untuk bersiap mengikuti
acara Gala Dinner sekaligus Cultural Performance.
Suasana saat berkunjung ke Foreign Service
Institute
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Bersama Dubes RI untuk India, Rizali .W Inderakusuma
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Setelah performance berfoto bersama panitia CII
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Malam tanggal 28 November 2016, menjadi malam yang panjang dan tidak
terlupakan bagi kami semua. Kami menonton pertunjukan kebudayaan dari
negara-negara ASEAN, dan Indonesia berhasil menampilkan pertunjukan silat,
medley lagu daerah, tari Saman, tari Zapin dan ditutup dengan Tari Kreasi yang
merupakan perpaduan tari Jawa, Batak dan Bali dengan sempurna. Semua sangat
menikmati malam tersebut dan larut dalam hingar bingar musik India hingga tiba
waktunya untuk kami semua istirahat.
Agra
Kota Agra kami tempuh dari New delhi menggunakan bus dengan waktu kurang
lebih 4 jam. Hanya satu tujuan kami di kota ini. The magnificent Taj Mahal.
Kami sampai di Kota Agra sekitar pukul 13:00 dan langung menuju hotel Marriot
Courtyard Agra untuk check in dan makan siang. Setelah itu, dengan seragam polo
putih dan topi ASEAN-India, kami para delegasi ASEAN berbondong-bondong menuju
tempat wisata bersejarah yang menjadi salah satu dari keajaiban dunia. Mengapa
disebut the magnificent? Mengapa bisa menjadi sebuah keajaiban dunia? Semuanya
terjawab ketika kami sampai disana dan memandang takjub untuk pertama kalinya
secara langsung bangunan Taj Mahal. Takbir tak henti saya ucapkan. Seperti ada
sebuah kekuatan magis yang membuat saya tak puas-puas memandang bangunan
tersebut. Seluruh bangunannya terbuat dari marmer, menjulang tinggi, putih,
kokoh dan agung. Diapit oleh dua menara dan dua masjid di kedua sisi kanan dan
kirinya. Ia menjadi saksi bisu pembangunan selama ratusan tahun untuk sebuah
makam permaisuri yang begitu dicintai oleh sang raja. Kami tidak diperkenankan
mengambil foto ketika sudah berada di dalam bangunan dan diwajibkan untuk
melepas alas kaki, atau membungkus sepatu kami dengan kain yang sudah
disediakan, sehingga lantai marmer dari Taj Mahal tidak akan kotor. Di bagian
dalam Taj Mahal, ada dua makam yang merupakan makam sang Raja dan Permaisuri
dikelilingi oleh pagar besi. Dan ketika sudah berada di bagian atas Taj Mahal,
kami bisa melihat Sungai Yamuna mengalir berkelok di belakang bangunan menambah
keindahan dan kekuatan magis Taj Mahal. Puas kami berkeliling, mengambil foto,
dan menikmati setiap ukir yang terpahat di dinding marmer selama dua setengah
jam, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat dan memulai lagi latihan
cultural performance.
The End
Perjalanan selama 10 hari di India bukan perjalanan biasa
bagi saya. Dalam rangkaian kegiatan PPAN ini saya belajar banyak hal. Saya
menemukan keluarga baru yang tersebar di seluruh Indonesia, saya menjalin
persahabatan dengan teman-teman dari ASEAN, saya belajar untuk lebih percaya
diri, menegakkan kepala dan merendahkan ilmu untuk bisa menyerap pembelajaran
sebanyak banyaknya. Merasakan pengalaman menjadi duta provinsi dan bangsa,
menuntut kita untuk senantiasa belajar menghargai orang lain, melihat segala
sesuatu dari sisi yang berbeda, membuka mata dan telinga selebar-lebarnya untuk
menjadi lebih peka terhadap sekeliling kita. Rasanya sesak ketika perjalanan
ini berakhir, karena nyaris tidak mungkin mengumpulkan kembali 24 duta bangsa
yang tersebar di seluruh Indonesia ini menjadi satu untuk kedua kalinya. Ketika
satu persatu teman kami berjalan menyeret kopernya pulang menuju provinsi
mereka masing-masing. Melihat punggung mereka menjauh, akan selalu menjadi
salah satu hal paling menyakitkan selama hidup saya.
Well i dont wanna end this with such sad feeling.
India! I wish to go back there again. Ada banyak hal yang
bisa kami pelajari dari India. Modern and Vibrant India – menjadi tagline
Negara India saat ini. Dari mulai pengembangan sumber daya manusia, optimisme
pemudanya, hingga keseriusan pemerintahnya untuk menjadikan negara mereka
sebagai one of the world’s economic leading patut diacungi jempol. Ada berapa
saja pemuda India yang berhasil menjadi CEO perusahaan terkemuka di Amerika dan
Eropa? Adakah mahasiswa India yang tidak kita temui di universitas-universitas
terbaik di dunia? Siapa yang tidak mengenal budaya India? Well meski tentu saja
mereka masih punya banyak tugas rumah seperti pemukiman kumuh, diskriminasi
terhadap wanita yang masih terjadi di pelosok India, kamar mandi umum,
kebersihan, dll. Namun dengan pemuda yang berdaya, yang berkualitas dan penuh
optimisme, bukan tidak mungkin India benar-benar akan menjadi salah satu negara
dengan ekonomi terkuat di dunia dalam beberapa dekade ke depan.
Indonesia? Saya yakin pasti bisa. Mari kita mulai dari
diri kita sendiri sebagai pemuda untuk menjadi pemuda yang berdaya, berkualitas
dan penuh optimisme! J
Sebelum memasuki Main Gate Taj Mahal
(Sumber : Dokumen
pribadi)
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Sungai Yamuna mengalir di belakang The Magnificent
Taj Mahal di senja hari
(Sumber : Dokumen
pribadi)
Komentar
Posting Komentar