I'm Free ?
Alhamdulillah puasa di bulan
ramadhan tahun ini dateng juga. Nggak kerasa juga ternyata udah hampir satu
tahun saya jadi mahasiswa dan bentar lagi bakal punya adik angkatan. Aaaa....im
growing old!
Pengalaman selama satu tahun jadi
mahasiswa saya bisa ngerasain betapa jauh berbedanya kehidupan SMA dengan
kehidupan kuliah. Ketika SMA, jadwal sehari-hari ditentukan oleh sekolah.
Kebetulan SMA saya menganut sistem one day school. Sekolah dari pagi sampe
sore. Dan seluruh kegiatan dari pagi sampe sore itu ditentukan oleh sekolah
dengan berbagai macam peraturan dan undang-undangnya. Setiap hari berangkat
sekolah pun dari mulai buku paket, buku tulis sampe buku-buku kumpulan soal
dibawa dijadikan satu dalam tas dengan kapasitas besar. Begitu sampai sekolah, kita
hidup bergantung pada bel sekolah dan waktu. Ketika bel berbunyi menandakan
waktu istirahat, rasanya senang bukan main. Tapi ketika bel berbunyi lagi
menandakan kegiatan belajar mengajar akan dimulai, kita kembali masuk kelas
lagi dengan presentase ekspresi wajah ceria berkurang 80%. Haha kebayang banget
hidup kita nyaris seperti robot dengan perlengkapan set waktu. Belum lagi
ketika menginjak kelas tiga SMA, kita disibukkan dengan berbagai macam les
untuk mempersiapkan UN dan ujian masuk perguruan tinggi yang sangat sangat
menyita waktu dan otak kita. Memerasnya hingga berkerut kemudian
menyabik-nyabik perasaan dan memanaskannya sampai ke titik didih tertinggi.
(curcol anak nggak lolos snmptn). Haha kebayang nggak sih jaman-jaman itu?
Tapi sekarang? Kuliah itu bebas
sebebasnya! Bukan maksudnya bebas dari tugas dan pelajaran. Tapi saya merasa,
ketika kuliah kita dibebaskan untuk menjadi kategori orang seperti apa. Apakah
kita akan menjadi seorang akademisi yang setiap hari hanya berkutat dengan
laporan-laporan, tugas, presentasi dan materi-materi dari dosen? Atau kita bisa
memilih untuk menjadi seorang organisatoris yang kerjaannya menjadi panitia
sebuah event, perekrutan, jarang masuk kuliah dengan dalih mengurusi banyak
orang atau massanya dan tidak jarang mendapatkan ip rendah? Atau justru lebih
parahnya lagi menjadi mahasiswa hedonis. Kerjanya tiap hari hanya titip absen,
jalan-jalan, seneng-seneng, ngabisin duit orang tua, dan apatis terhadap segala
sesuatu yang berlangsung di kampusnya alias hidup semau gue.
Kuliah, nggak ada lagi guru yang
mengatur atur waktu kita, nggak ada orang tua yang mengatur uang jajan atau
pengeluaran kita (terutama anak kos). Kita bebas menentukan kapan kita mau
belajar, kapan kita mau seneng-seneng, seberapa banyak uang yang mau kita pake
buat makan, buat jalan-jalan atau buat bersodaqoh.
Kuliah, nggak ada lagi guru yang
menunjuk-nunjuk muridnya untuk mengikuti sebuah lomba, sebuah seminar. Semua
bebas terserah kita. Apakah kita akan mengajukan diri untuk beradu dalam suatu
lomba, apakah kita tergerak untuk mengikuti sebuah seminar, kegiatan macam apa
yang akan kita ikuti? Semua pilihan ada di tangan kita.
College, here where you passion
were found. Time for you to decide wether you’ll be a shine star, an ordinary
star, or not a star at all.
Tapi menurut saya, menjadi
akademis, organisatoris ataupun seorang hedonis semuanya baik namun dengan
kapasitas tertentu. Maksudnya gini, ada seseorang yang pernah mengatakan pada
saya, semua sifat yang ada pada diri manusia itu baik. Namun jika ditambahi
kata ‘terlalu’ di depannya, maka akan menjadi jelek semuanya. Baik jika terlalu
baik akan berbahaya untuk dirinya sendiri. Egois? Setiap orang pasti memiliki
egonya masing-masing. Misalnya dalam hal mempertahankan harga diri atau
pendapat. Tapi ketika menjadi terlalu egois, itu menjadi hal yang buruk. Nah
begitu pula dengan menjadi seorang akademis, organisatoris ataupun hedonis.
Jika ketiganya berimbuhan kata ‘terlalu’, seperti yang bisa dibayangkan. Akan
menjadi seperti apa mereka.
So, what i’ve been thought is try
to be a balanced person. Udah jadi kewajiban kita untuk menuntut ilmu, dan uang
yang udah dikeluarkan orang tua kita untuk biaya kuliah jangan sampai sia-sia.
Tapi tidak ada salahnya mencoba menjadi seorang organisatoris. Terjun ke
lapangan dan belajar menjadi seorang leader serta mengasah softskill kita. Dari
sini juga kita bisa menemukan passion kita yang bisa mengarahkan kita menuju
kesuksesan. Dan yang terakhir menjadi hedonis? Saya rasa nggak ada salahnya
sekali-kali memanjakan diri dengan bersenang-senang. Belanja, karaokean, pergi
ke bioskop, salon dan nonton konser. Jangan menjadi orang yang terlalu kaku dan
strict dengan peraturan. Nanti susah dapet jodoh katanya. Haha, tapi yang
terpenting dari semua itu jangan sampai ada kata terlalu nyelip di depannya.
But still, try to be a balanced person. That’s what im still learning now. Im
not that fucking balanced person yet. But someday, my dream, i’ll be a happy, young
talented and succes girl!
Kebayangkan rasa menjadi seorang mahasiswa..selain Mahassw dituntut sbgai agent of change lingkungann.....Pun harus bs memanage diri n wktu agar tdk jomplang..
BalasHapusUntuk mnmbh skill menulismu.. Ikut UKM jurnalistik majalah kampus.. Dan sering ikut lomba esai ato LKTI..
oke makasih sarannya :)
BalasHapusDari bhasa sudahh okee. . Perpaduan kata juga tdk monotonn.. Ditmbah keinginan mnjadi penuliss... Fight !!
BalasHapusDari bhasa sudahh okee. . Perpaduan kata juga tdk monotonn.. Ditmbah keinginan mnjadi penuliss... Fight !!
BalasHapus