Japan… Japan… Japan… Awesome!

Tanggal 3 Desember 2010 adalah jadwal keberangkatan saya bersama 54 teman lainnya dan 5 guru dari seluruh penjuru Indonesia menuju Jepang. Perasaan saya pada saat itu campur aduk. Nervous, bersemangat, cemas dan ngantuk ;0 (saya tidur hanya kurang lebih 2 jam berturut-turut selama 3 malam).
Ketika pesawat GA-842 yang saya tumpangi akan mendarat di bandara internasional Kansai, Osaka, sang pramugari berkata bahwa suhu di darat adalah 9 derajat celcius. Saya dan teman-teman langsung excited karena akan merasakan winter di Jepang (hihi,ndeso). Hari pertama di Jepang, seluruh peserta AFS Jenesys 2010 sejumlah 650 orang dikumpulkan menjadi satu untuk melaksanakan orientasi. Mereka berasal dari 13 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, Australia, New Zealand, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, India, Filipina, dan Myanmar. Keesokan paginya, kita ber-60 dari Indonesia sudah harus dipisah dan dibagi ke beberapa kelompok dengan negara-negara lain untuk melaksanakan study tour ke Kyoto. Pada saat study tour itulah, saya menemukan teman-teman baru dari beberapa negara. Di Kyoto, kami mengunjungi kuil Kiyomizu yang sangat besar dan indah yang dipenuhi oleh pepohonan yang daunnya mulai memerah karena pergantian musim dingin. Benar-benar pemandangan yang undescrible. Setelah itu, kami menuju Arashiyama yang merupakan sungai jernih dengan toko souvenir di sepanjang jalan. It’s time for shopping girls ! :D
Sore itu juga, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Hiroshima menggunakan shinkansen. Whoa…saya tak pernah membayangkan akan menaiki kereta tercepat di dunia dalam usia yang belia (narsism mode on ;)
Keesokan harinya, setelah di Hiroshima, kami menuju Disaster Prevention Center untuk mendapatkan pembelajaran bagaimana menghadapi situasi ketika terjadi kebakaran dan gempa bumi. Awalnya saya berpikir ini akan sangat membosankan. Mendengarkan orang Jepang berceramah mengenai bencana alam. Tapi ternyata di luar dugaan, orang Jepang yang terkenal unik dan cerdas dapat membuat mata kami semua tertuju pada mereka. Mereka menggunakan alat peraga dan fasilitas-fasilitas yang ada untuk presentasi, namun tetap tidak mengurangi nilai-nilai penting yang harus kita ketahui. Bahkan kami semua harus merasakan bagaimana rasanya berada di dalam ruangan tertutup ketika kebakaran terjadi. Dengan asap tebal yang mengaburkan pandangan, kita harus bisa mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri. (dibantu dengan panduan-panduan yang kita dapatkan sewaktu presentasi). Beberapa di antara kita juga mencoba bagaimana cara memadamkan api menggunakan tabung oksigen. Selain kebakaran, kita juga mendapatkan pelajaran bagaimana cara berlindung saat gempa bumi terjadi. Dengan berkelompok, kita masuk ke dalam sebuah miniature ruangan yang sudah di set agar terjadi gempa sebesar maksimal 7 skala richter dalam beberapa detik. Dan kita harus tahu bagaimana cara melindungi diri, karena benar-benar ada panci, kardus, dan buku-buku yang berjatuhan. Fantastic! Saya benar-benar mendapatkan pelajaran yang berharga.
Rumah Gempa
  Setelah dari Disaster Prevention Center, kami melanjutkan perjalanan menuju Peace Memorial Park yang merupakan tempat untuk mengenang kejadian pilu pada tahun 1945 ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Disana, disisakan satu bangunan besar yang secara sengaja tidak direnovasi. Jadi kita bisa melihat kerangka-kerangka dari bangunan tersebut setelah terkena bom atom. Selain itu, juga terdapat makam anak-anak yang menjadi korban termasuk salah satunya makam Sadako. Dalam riwayatnya, Sadako memercayai bahwa jika kita mampu membuat origami burung sebanyak 1000 buah dalam satu malam, maka permintaan kita akan terkabul oleh dewa. Hingga saat ini banyak orang Jepang dari seluruh kalangan yang membuat 1000 origami tersebut sebagai wujud perdamaian. Mereka meletakkan rangkaian origami di Peace Memorial Park dan memohon terciptanya perdamaian dunia. Ketika saya kesana, sudah ada berpuluh-puluh ribu rangkaian origami burung yang terpajang. Wow…salut deh. Go world peace !
Selain itu, kami juga mengunjungi museum dari Peace Memorial Park yang menyimpan banyak barang-barang temuan setelah bom atom dijatuhkan. Diantaranya, sepeda roda tiga anak-anak yang berkarat, sandal, dompet, baju yang compang-camping, kuku manusia, bekal makan siang anak SD, dsb. Uh…so sad…
Dari situ saya benar-benar menyadari betapa pentingnya perdamaian dunia dan betapa kejamnya peperangan. Tak pandang bulu, anak kecil pun ikut menjadi korban. Orang-orang yang selamat dari bom harus menderita cacat seumur hidup, bahkan keturunan mereka pun juga ikut merasakan dampak dari semua itu. Saya sedih, teman… maka dari itu, mari kita perjuangkan perdamaian dunia untuk masa depan yang cerah bagi anak cucu kita. Go world peace !

Hiroshima before atomic bomb dropped

After

Before

After

Komentar

Postingan Populer